Kamis, 28 April 2016

Bukan OKB (Orang Kaya Baru)


Bukan Orang Kaya Baru!
Kisah ini dimualai...
Saat itu bulan Oktober 2015 mulai dingin. Mendikbud Mas Menteri Anies Baswedan kutemani sekedar jalan2 sekitar Frankfurt. Mas Menteri mewakili Indonesia sebagai Negara Kehormatan dalam Acara Frankfurt Bookfair yang akan membuka acara bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jerman.
Sehari sebelum hari H, kita jalan2 sebentar di kota Frankfurt setelah meninjau persiapan panitia Indonesia dibawah kepemimpinan Goenawan Moehammad.
Kita jalan kaki berdua ngomong ngalor ngidul dengan rombongan ngikuti di belakang. Lalu mas Menteri bilang ke aku: "Zal, aku lupa bawa jaket yang tebel. Soalnya males bawaan banyak. Ternyata dingin yah Zal. Aku butuh jaket klo ndak bisa sakit!"
Kutanya: "Yang seperti apa mereknya? Armani, Tommy Hilfiger, Hugo Boss, Calvin Klein, Louis Vuitton sambil pamer ke mas Mentri klo aku tahu merek2 itu" smile emotikon
Jawab mas Mentri kaget: "Eitss jangan Zal, duitnya ndak ada! Memang ente pakainya merek2 itu?
Jawabku: "Ndak! biasanya aku ndak pakai pakai merek itu. Cuma 1 dua aja yang bermerek", kataku ngakak. grin emotikon
Mas Mentri bilang: "Yang biasa kamu beli!"
Kataku: "Klo ke H&M biasanya bojoku tutup mata, aku bebas beli apa saja. Bagi bojoku, H&M masih ndak punya masalah dengan credit card kita. Klo Karstadt biasanya aku diwanti2 bojoku agar beli yang memang perlu aja".
Mas Menteri: "Iya kalau gitu kita ke Karstadt saja yang agak menengah, ndak perlu terlalu kere. Kitakan bukan mahasiswa Universitas Ndeso lagi, tapi jangan ke butik mahal Zal!"
Rombongan pun nunggu di luar, aku dan mas Menteri berdua masuk ke Karstadt di Hauptwache Frankfurt cari jaket.
Komentar mas Menteri pertama kali: "Wah Zal, mahal ini. Jaketnya semua diatas 300 Euro. Kita cari ke yang lebih murah, apa itu H&M yah?! Kita ke H&M aja lah!"
Jawabku sambil ngeyek ngekek sambil nyorocos karena ini moment yang baik untuk ngeledek sang Menteri (jarang2 ketemu moment ngejek dia hahaha):
"Bro, ente itu menteri Republik Indonesia, negara G-20, pemimpin ASEAN, pemimpin non blok, dihormati oleh Jerman untuk diundang sebagai satu-satunya tamu kehormatan di acara Frankfurt Book Fair ini, mosok tuku jaket e level mahasiswa di H&M?!" tongue emotikon
Si mas Menteri pun terkekeh2 mendengar kuejek.
"Yah sudah bantu aku pilihin jaketnya", kata Mas Menteri.
Akhirnya, kita pun mulai memilih. Yang satu berharga 460 Euro bagus mewah sekali, ada branding-nya (cuma aku lupa), yang satu berharga 270 Euro yang secara harga mas Menteri heppi dia, tapi warnanya kurang elegant, yang satu berharga 320 Euro elegant.
Mas menteri lihat 460 bagus tapi menurut mas menteri mahal banget. Yang 270 ingin dia ambil tapi petugas yang layani amat profesional bilang: "itu ndak cocok, kurang elegant".
Sebuah saran profesional yang aku setuju sehingga Mas menteri ragu, akhirnya setuju untuk tidak diambil yang 270 Euro.
Dia lihat yang harga 320 Euro dan 460 Euro, dia timbang2. Sambil bilang: "Zal, klo kuambil 320 ini, okay ndak?"
Jawabku: "Iya, okay bro. Cuma yang 460 itu paten banget, ada branding-nya, lagian cuma 460 perak aja kok (baca Euro)!"
Setelah timbang2, mas Menteri bilang:
"Ah yang 320 Euro aja Zal soalnya cuma kepakai beberapa kali aja. Ini cukup elegant kok".
"Ngapain keluar banyak, lagian branding-nya (yang 460, red) juga di belakang ndak yang tahu".
"Orang2 ndak lihat branding yang kupakai kok".
"Yang mereka tahu Menteri pakai Jaket elegant".
"Toh kalau yang pakai Menteri apalagi menteri Republik Indonesia, kan negera besar seperti katamu bro, pasti tamu orang2 Jerman nebaknya mahal banget!",
...kata mas Menteri ngakak!
Nah temen2 semua, harga jaket yang dipakai Mas Menteri ini saat di Frankfurt menjadi Tamu Kehormatan Jerman kubocorin yah, harganya itu cuma 320 Euro alias cuma 4,5 juta IDR saja hahahaha...
Jangan anda bandingan dengan tas2 bermerek yang dipakai Ibu-Ibu DPR kita yang plesiran ke luar negeri yang berpose manis penuh ceria dengan Hermes, Gucci, Louis Vuitton, Burberry yang harganya puluhan juta bahkan ratusan juta!
Mas Menteri kita untuk beli jaket harga 320 perak aja perlu diskusi segala, bahkan tadinya malah mau pindah dari Karstadt ke H&M. Tampaknya mental ngirit (opo hemat?) mas Menteri saat sama2 masih kuliah di Universita Ndseo Yogyakarta ndak pernah berubah hahahaha...
Dari Tepian Lembah Sungai Elbe
----------
PS.
Ini kira2 mindset orang Jerman belanja:
Di Jerman yang paling murah meriah klo belanja di Bronpix, KIK atau Primark. Itu klo kita pakai untuk hal2 yang pakaiannya yang remeh temen untuk sehari-hari.
Yang untuk kerja harian, sering kali kita belanja di C&A atau H&M. Barang2 disini kisarannya di angka 50-100 Euro untuk jas. Hanya jika pakai barang ini tahulah itu dari H&M atau C&A. Klo jadi konsultan bisnis, sering diwanti2 oleh Boss terutama saat ketemu client pakai jas yang bagus (baca: jangan level H&M atau C&A). Ini kelas mahasiswa yang kuliah di Jerman level bea siswa hehehe grin emotikon
Yang relatif menengah itu Karstadt. Jas-jas disini lumayan bagus tapi harganya bukan harga butik yang mahal. Banyak para pekerja seperti konsultan atau Ekspert yah pakai jas dari sini. Ini sih standard untuk para kelas pekerja profesional.
TAPI jika anda eksekutif, dimana anda sering meeting dengan client top maka anda memang harusnya belanjanya di butik bahkan Karstadt pun sering kali "agak" dibawah. Di butik untuk angkanya 1.000 keatas, itu biasa. Itu barang2 bermerek bagus semua.
Nah, untuk moment amat penting, mewakili negara pertemuannya di ruang VVIP (bukan cuma VIP) dengan para tamu negara lain, pakai produk H&M atau C&A tidaklah tepat. Mesti ketauan itu ngirit apalagi iso dianggap medit grin emotikon
Lha wong aku klo presentasi dengan klien saja, "dilarang" kok sama boss-ku pakai jas dari H&M. Ketahuan itu dari H&M atau C&A. Malu2in kredibilitas perusahaan... tongue emotikon
Mosok Menteri ketemu dengan para VVIP berbagai negara mewakili Indonesia, sebagai tamu kehormatan di negara Super Power Eropa, yo memang jangan berpakaian seadanya. Tetap bersahaja dan elegant tapi jangan ketok ngirit apalagi pelit smile emotikon
Ini menyangkut reputasi negara dalam pertemuan sesama VVIP dari tamu2 negara lain